PT Equityworld Futures Semarang – Harga Emas Turun ke Level Terendah Sepekan, Dolar AS Menguat dan Pasar Cemas Menanti Kepastian Tarif Trump
PT Equityworld Futures Semarang – Pada hari Senin, 7 Juli, harga emas dunia mengalami tekanan dan tergelincir mendekati titik terendah dalam satu minggu terakhir. Penurunan ini terjadi di tengah menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) serta meningkatnya kehati-hatian investor yang menanti kepastian mengenai arah kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump menjelang tenggat waktu penerapan tarif impor baru.
Harga Emas dan Dampaknya
Harga emas spot tercatat turun 0,8% menjadi $3.309,09 per ons pada pukul 08.45 GMT, sementara kontrak berjangka emas di AS mengalami penurunan 0,7% ke level $3.319 per ons. Angka ini menunjukkan pelemahan signifikan dalam waktu singkat, menandai tekanan pasar yang semakin besar terhadap logam mulia ini.
Faktor Dolar AS dan Data Ekonomi
Analis strategi komoditas dari WisdomTree, Nitesh Shah, menyebut bahwa salah satu faktor utama penurunan harga emas adalah penguatan dolar AS dalam jangka pendek. Ia menambahkan bahwa hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh data ekonomi AS yang tetap solid, terutama data ketenagakerjaan, yang mengurangi urgensi bagi Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Dolar AS sendiri tercatat menguat sebesar 0,4% terhadap sekeranjang mata uang utama dunia, menjadikan harga emas relatif lebih mahal bagi investor yang menggunakan mata uang non-dolar. Hal ini menyebabkan minat terhadap emas sebagai aset safe haven menurun.
Data Tenaga Kerja dan Ekspektasi Suku Bunga
Pekan sebelumnya, data ketenagakerjaan AS untuk bulan Juni menunjukkan hasil yang lebih baik dari perkiraan pasar, dengan pertumbuhan lapangan kerja yang solid. Hasil ini turut mengurangi spekulasi bahwa The Fed akan segera melakukan pemangkasan suku bunga untuk mendukung perekonomian. Selain itu, kekhawatiran pasar terhadap inflasi akibat kebijakan tarif Trump juga menurunkan harapan terhadap kebijakan moneter longgar.
Pasar kini menantikan rilis risalah pertemuan terakhir Federal Reserve yang dijadwalkan pada minggu ini. Dokumen tersebut berpotensi memberikan wawasan yang lebih jelas tentang arah kebijakan suku bunga ke depan dan pandangan bank sentral terhadap kondisi ekonomi AS.
Kebijakan Tarif AS dan Ketidakpastian Global
Presiden Donald Trump turut memperkeruh ketidakpastian pasar dengan pernyataan terbaru terkait tarif impor. Pada hari Minggu, ia menyatakan bahwa AS hampir menyelesaikan sejumlah perjanjian dagang baru, dan akan segera memberi tahu negara-negara terkait tentang kenaikan tarif tambahan sebelum 9 Juli, dengan tarif tersebut mulai berlaku pada 1 Agustus.
Trump sebelumnya telah mengumumkan tarif dasar sebesar 10% sejak April lalu terhadap sebagian besar negara, disertai ancaman tarif “timbal balik” hingga 50%. Tenggat waktu awal dari kebijakan tersebut jatuh pada Rabu ini, namun belum ada kesepakatan dagang besar yang berhasil dicapai.
Menurut Nitesh Shah, berakhirnya periode 90 hari tarif yang lebih rendah tanpa adanya terobosan dagang menandakan bahwa aktivitas perdagangan global kemungkinan akan menyusut sepanjang 2025. Jika hal ini terjadi, maka pertumbuhan ekonomi dunia bisa melambat, sebuah kondisi yang biasanya justru mendorong permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai. Namun, untuk saat ini, pasar tampaknya masih menahan diri.
Ancaman Tambahan untuk Negara BRICS
Lebih jauh lagi, Trump juga mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10% terhadap negara-negara yang dinilai berpihak pada kebijakan anti-Amerika dari blok BRICS — yaitu Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan. Langkah ini memperlihatkan potensi peningkatan ketegangan geopolitik yang bisa berdampak luas terhadap perekonomian global.
Harga Logam Lain Turut Tertekan
Tak hanya emas, logam mulia lainnya juga mencatatkan penurunan harga. Harga perak spot turun 0,9% menjadi $36,56 per ons, platinum merosot 2,5% ke $1.357,25, dan palladium juga anjlok 2,1% ke $1.111,21 per ons. Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran menyeluruh di pasar komoditas terhadap stabilitas ekonomi global.
No Comments