
PT Equityworld Futures Semarang – Fed Berubah Hawkish, Dolar Menguat dan Keputusan BOE – Ini yang Gerakkan Pasar
PT Equityworld Futures Semarang – Saham-saham AS terpantau melemah, sementara dolar menguat dan yields obligasi AS naik setelah Federal Reserve beri indikasi suku bunga akan tetap tinggi lebih lama pasca keputusan kebijakan terbarunya. Bank of England menghadapi keputusan suku bunga yang rumit, sedangkan Swiss National Bank menghentikan siklus kenaikan suku bunganya.
1. The Fed berubah menjadi lebih hawkish
Federal Reserve mempertahankan suku bunga tetap pada Rabu, seperti yang diharapkan secara luas, tetapi mengadopsi sikap yang lebih hawkish, dengan memprediksi bahwa kebijakan moneter akan tetap lebih ketat hingga 2024 daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Para pejabat Fed, secara keseluruhan, melihat suku bunga acuan overnight akan mencapai puncaknya tahun ini di kisaran 5,50%-5,75%, yang mengimplikasikan kenaikan 25 basis poin sebelum akhir tahun.
Namun, baru tahun depan bank sentral AS benar-benar mengeraskan sikapnya, dengan proyeksi kuartalan yang diperbarui menunjukkan suku bunga hanya turun 50 basis poin pada 2024 dibanding dengan perkiraan penurunan 100 bps yang disarankan dalam rapat bulan Juni lalu.
Sebagai respons, Goldman Sachs sekarang memperkirakan The Fed akan memulai siklus pemotongan suku bunga pada kuartal keempat tahun depan, lebih lambat dari perkiraan sebelumnya yang memperkirakan terjadi pemangkasan pada kuartal kedua.
“Hari ini, partisipan tampaknya menjauh dari pandangan bahwa pengetatan kebijakan moneter dapat membebani pertumbuhan dengan jeda waktu yang lama tahun depan, yang melemahkan satu argumen untuk pemangkasan,” ekonom Goldman Sachs yang dipimpin oleh Jan Hatzius menyatakan dalam sebuah catatan.
“Kami pikir ini berarti inflasi harus turun lebih jauh dari yang kami asumsikan sebelumnya agar FOMC bisa melakukan pemangkasan.”
Sisi positifnya, perkiraan ekonomi terbaru the Fed menyarankan bahwa pertumbuhan ekonomi akan melambat tahun depan menjadi sekitar 1,5%, dari 2,1% tahun ini, sebuah peningkatan dari prediksi tiga bulan lalu yang hanya 1,1% tahun depan, setelah hanya 1% tahun ini.
2. Futures melemah setelah sikap hawkish Fed
Saham futures AS melemah pada Kamis ini, menambah kerugian sesi sebelumnya setelah the Fed isyaratkan kebijakan suku bunga yang lebih tinggi dan lebih lama, dengan kemungkinan satu kali lagi kenaikan tahun ini.
Pukul 15.40 WIB, Dow futures turun 80 poin, atau 0,2%, S&P 500 Futures turun 17 poin, atau 0,4%, dan Nasdaq 100 futures melemah 90 poin, atau 0,6%.
Indeks-indeks utama di Wall Street jatuh sesi sebelumnya. Terutama, indeks Nasdaq Composite yang sarat saham teknologi terpukul sangat keras, anjlok 1,5%.
Ada lebih banyak data ekonomi yang harus dicerna oleh investor pada hari Kamis, yaitu laporan mingguan klaim pengangguran dan Indeks manufaktur Fed Philadelphia yang akan terbit sebelum bel pembukaan, dan existing home sales di akhir sesi.
Laporan keuangan akan hadir dari Darden Restaurants (NYSE:DRI), pemilik Olive Garden dan jaringan restoran lainnya, serta jaringan apotek ritel Rite Aid (NYSE:RAD).
Selain itu, saham FedEx (NYSE:FDX) melonjak lebih 5% dalam premarket setelah perusahaan pengiriman ini menaikkan proyeksi earnings tahunannya, adapun perusahaan otomasi pemasaran Klaviyo (NYSE:KVYO) merosot usai debutnya yang mengesankan hari Rabu.
3. Keputusan rapat BOE yang imbang
Fokus bank sentral saat ini beralih ke Eropa. Tidak kurang empat bank sentral terbesar di kawasan ini menggelar rapat moneter hari ini, paling disorot yakni Bank of England.
Riksbank Swedia dan Norges Bank menaikkan suku bunga seperti yang diharapkan, sementara Swiss National Bank mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 1,75%, mengakhiri lima kenaikan berturut-turut sejak mulai menaikkan suku bunga dari wilayah negatif pada Juni 2022.
Bank of England juga disarankan untuk memperketat kebijakan moneter di awal minggu, tetapi turunnya inflasi Inggris yang mengejutkan pada hari Rabu membuat keputusan ini menjadi keputusan yang berimbang antara kenaikan atau tidak.
Inflasi utama indeks harga konsumen Inggris turun ke level terendah 18 bulan sebesar 6,7% pada Agustus, sementara inflasi inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang volatil, juga turun menjadi 6,2% dari 6,9% pada bulan Juli.
“Rapat Bank of England hari Kamis menjadi jauh lebih menarik,” kata James Smith, seorang ekonom di ING. “Ini adalah keputusan yang sangat penting, namun kami masih tergoda untuk mengatakan bahwa Bank of England akan menindaklanjuti dengan kenaikan.”
Namun, jika BOE benar-benar menaikkan suku bunga pada Kamis ini, ini kemungkinan besar akan berlangsung selama beberapa waktu.
4. Dolar menguat, yields AS di level tertinggi 2008
Dolar menguat ke level tertinggi baru dan yields obligasi AS mencapai puncaknya dalam beberapa tahun terakhir setelah rapat Federal Reserve, dengan Ketua Fed Jerome Powell menyiratkan setidaknya satu kali kenaikan suku bunga lagi tahun ini.
Pukul 15.40 WIB, indeks dolar, yang mengukur mata uang ini terhadap sejumlah mata uang lainnya, naik 0,4% menjadi 105,174, setelah sebelumnya naik ke 105,68, level tertinggi awal Maret.
Benchmark 10 tahun melonjak ke level tertinggi 15 tahun, sementara yields 2 tahun melonjak ke level tertinggi awal 2001.
“Sikap hawkish ini mungkin akan mempertahankan penawaran dolar hingga Oktober dan data aktivitas AS yang lebih rendah – terutama meningkatnya klaim pengangguran atau penurunan kepercayaan konsumen dan retail sales – yang akan dibutuhkan untuk melunakkan dolar,” ungkap analis ING dalam sebuah catatan.
“Bearish dolar tidak akan mendapatkan kegembiraan dari the Fed.”
5. Minyak jatuh setelah rapat Fed & stok minyak
Harga minyak turun tajam pada hari Kamis, mundur lebih jauh dari level tertinggi baru-baru ini setelah warning the Fed soal kenaikan suku bunga AS lanjutan meningkatkan kekhawatiran akan tekanan lebih lanjut terhadap aktivitas ekonomi, yang berpotensi mengurangi permintaan minyak.
Data dari Energy Information Administration AS, yang dirilis hari Rabu, menunjukkan cadangan minyak turun lebih dari 2 juta barel minggu lalu. Ini jauh di bawah penurunan 5,25 juta barel yang dilaporkan oleh badan industri American Petroleum Institute sehari sebelumnya.
Sikap hawkish the Fed juga menyebabkan dolar AS menguat ke level tertinggi sejak awal Maret, membuat komoditas seperti minyak yang denominasi dalam dolar menjadi lebih mahal bagi buyers yang menggunakan mata uang lain.
Pukul 15.40 WIB, minyak WTI jatuh 1,4% ke $88,44 per barel, sementara minyak Brent jatuh 1,4% di $92,27.
Minyak tersebut memperpanjang kerugian ke sesi ketiga beruntun setelah melonjak ke level tertinggi 10 bulan di awal minggu ini karena ekspektasi pasokan yang ketat.
No Comments